Jumat, 20 Desember 2024

Dari Ide Karya ke Ide Usaha

 “Aku selalu suka sehabis

Hujan di bulan desember

Di bulan desember”

(Desember, Album Efek Rumah kaca, 2007)

Tak ada yang salah bila kita mengaitkan hujan dan bulan Desember, sampai-sampai kelompok musik Efek Rumah Kaca mengekalkannya dalam satu lagunya yang bertajuk “Desember”, Peristiwa hujan tidak dibiarkan begitu saja berlalu, selalu ada inspirasi saat menjelang, sedang dan setelah turunnya. Lantas, Bukan hanya ide karya yang tercipta, namun juga ide usaha.

Menggagas ide usaha bukan hanya tentang masuknya hitungan bisnis, penggelontoran modal, dan berujung meng-haroa-kan tempat usaha. satu hal juga yang menjadi landasan penting bagi pebisnis , kejelian melihat peluang bisnis dengan memanfaatkan momen.  

Pebisnis itu harus reaktif dalam melihat momen. di Agustus kemarin, jelang peringatan hari kemerdekaan, Pak RT di lingkungan saya sibuk menginformasikan dengan cara door to door untuk memasang bendera serta umbul-umbul di halaman rumah. Nah, Ide bisnis yang cocok pada momen ini tidak jauh dari atribut kemerdekaan, sebab kebutuhan bendera dan umbul-umbul bukan hanya untuk di halaman rumah tapi panitia lomba agustusan membutuhkan pernak pernik kemerdekaan itu.  

Di musim hujan, membuka lapak minuman berbahan es mungkin tak cocok. Dingin ketemu dingin. Layaknya cara kerja magnet yang saling menolak jika menemui kutub yang sama.      

Kalau begitu, Kemauan pasar di musim hujan itu apa saja?

Iya, kehangatan. Hehe

Saya yakin banyak tawaran atas tanggapan pertanyaan di atas. Pengalaman reaksi tubuh kita akan seragam, contohnya pengen makan yang berkuah sebagai bentuk penghargaan kepada cuaca. Maka tak heran jika bakso, mie ayam, pentol kuah itu lekas habis kalau musim hujan tiba.

Saya hendak membahas satu ide bisnis lainnya di musim hujan yaitu jualan jas hujan.

Musim hujan, Biasanya bukan hanya lumut yang menjamur, penjual jas hujan juga. Di Baubau, saya memperhatikan hampir tidak ada yang menjual jas hujan di sepanjang sisi jalan. Jika hujan tiba-tiba deras, banyak pengendara motor malah mengabaikan dan membiarkan pakaiannya basah menerobos derasnya hujan. Ada juga yang beberapa sengaja berteduh, tapi bukan untuk singgah mengambil jas hujan sebab memang tak ada jas hujan di dalam sadel motornya.

Keadaan ini memunculkan kemungkinan-kemungkinan yang membuat penjual jas hujan tidak ditemukan titik lokasinya, pertama belum ada yang memulai membuka usaha jas hujan. Kedua, pengendara motor tidak suka memakai jas hujan.

Mental pebisnis itu berani dengan memulai, bukannya memulai dengan takut.

 

0 komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

'1998'

Foto ini digambar oleh anak saya yang berusia enam setengah. cerita  sebelum gambar ini jadi, ia tampak bosan menunggu di lobi sebuah bank l...

Followers